Rabu, 12 Oktober 2011

Prolog (Ketika Cinta Bertasbih)

Berikut ini merupakan kutipan dari Prolog pada novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazi. Karena menurut saya prolog ini sangat penting selain dari isi novel tersebut, maka saya tuliskan prolog Bumi Cinta di blog ini. Berikut ini merupakan prolog yang berhubungan dengan novel Ketika Cinta Bertasbih.


Bismillahirrahmaanirrahiim


Tak jauh beda dengan Ayat-Ayat Cinta, novel saya berikutnya, Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2, juga merupakan hasil saya ketika usai menadabburi firman Allah dalam QS. At-Taubah [9]: 105, yang berbunyi, "Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah & Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. . .'"


Saat menadabburi ayat di atas, saya sedang menemukan fenomena menyedihkan yang terjadi pada generas-generasi muda Islam yang sedang menempuh studi di bangku kuliah. Kebetulan saya menemukan fenomena menyedihkan itu di Solo, tempat dimana saat itu saya masih aktif mengajar di sana.


Apa fenomena menyedihkan itu?


Banyak mahasiswa Islam yang bermalas-malasan menempuh studi. Mereka tidak segera menyelesaikan studi, karena takut masa depannya suram. Mereka takut setelah lulus susah dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan sebagaimana yang mereka cita-citakan. Mereka takut jika segera lulus kuliah, maka mereka akan dituntut mandirri oleh orangtuanya, padahal mencari pekerjaan selepas bangku kuliah tidaklah mudah.


Bahkan suatu hari saya pernah bertanya kepada salah satu mahasiswa saya yang tidak lulus-lulus kuliah. Saya yakin ia tidak segera lulus bukan karena faktor kebodohan, sebab saya tahu betul dia tergolong mahasiswa pintar dengan Indeks Prestasi (IP) di atas rata-rata mahasiswa pada umumnya. Ya, saya tanyakan kepadanya, kenapa ia tidak segera merampungkan kuliahnya? Dengan enteng ia menjawab, "Enakan jadi mahasiswa, Ustadz, ndak ada beban moral kalau masih pengangguran. Lain jika sudah lulus, malu, Ustadz, kalau masih menganggur."


Jadi, karena itulah kemudian mereka memutuskan untuk menunda kelulusan, sampai batas akhir yang ditentukan universitas tempat mereka belajar. Saya sedih melihat fenomena ini. Mau dibawa kemana bangsa ini jika generasi mudanya bermental "tempe" seperti itu? Jerit saya dalam hati.


tidak sepatutnya generasi muda Islam loyo dan tak bersemangat hidup seperti itu. Padahal Islam dengan sangat indah mengajarkan kepada kita agar bekerja dan beramal karena Allah. Bekerja apa saja asalkan hala dan diridhai Allah. Islam tak pernah mengenal istilah pengangguran, sebagaimanaAllah perintahkan dalam surat At-Taubah di atas.


Karena itulah, kemudian saya lahirkan tokoh Khairul Azzam dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2. Azzam adalah tokoh rekaan yang saya tiupkan ruh surat At-Taubah ayat 105 di atas. Semangat hidupnya yang menyala-nyala. Tak kenal kata putus asa meskipun saat masih kuliah di bangku awal Universitas Al Azhar, Mesir, ayahnya meninggal dunia, dan sebagai anak sulung yang masih memiliki adik-adik kecil, selepas wafatnya sang ayah, tentu ia harus mengambil tanggung jawab, menggantikan kedudukan sang ayah.


Toh begitu berat tanggung jawab yang harus ia pikul, Azzam tetap pantang mundur. Semangatnya terus membara. Ia putar otaknya berkali-kali, bagaimana agar adik-adiknya sukses, dan kuliahnya di Universitas Al Azhar tidak putus di tengah jalan. Azzam mengambil keputusan yang mulia dan berani. Ia tetap kuliah sambil berwirausaha; jualan tempe dan bakso. Ia tidak perlu malu untuk itu, sebab ia yakin Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman akan melihat usahanya.


Benar. Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman melihat jerih payah Azzam. Seluruh adiknya yang dibiayainya dari hasil jualan tempe dan bakso di Cairo, sukses dan berprestasi semua. Si Husna, menjadi cerpenis nasional dan psikolog yang kesohor. Si Lia menjadi pengajar yang sukses. Si kecil Sarah, sudah hampir menghatamkan hafalan Al-Qurannya di sebuah pesantren Tahfidzul Quran di Kudus.


Dan Azzam sendiri akhirnya lulus dari Universitas Al Azhar dengan predikat memuaskan, meskipun ia tempuh dalam waktu lama karena sambil berjualan bakso dan tempe, demi membiayai hidup dan pendidikan kelluarganya di Indonesia.


Lewat tokoh Azzam saya ingin mengajak seluruh generasi muda Indonesia pada umumya, dan generasi muda Islam khususnya, agar tidak takut menghadapi kehidupan. Dan Azzam adalah contohnya. Contoh anak muda Islam yang mengamalkan dan menghayati betul perintah Allah dalam QS. At-Taubah di atas.


_Habiburrahman El Shirazi_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata itu menunjukan latar belakang pendidikan, mental, sosial, agama, & ekonomi seseorang #damai