Sesuai
dengan janji saya pada post sebelumnya, saya akan menceritakan pengalaman saya
di Curug Naga setelah kami survey ke sana. Yaaa Alhamdulillah yaa #Syahroni,
sepulang dari sana saya bisa membantu dua anak SD yang sedang turun gunung
untuk mengantarkan mereka pulang sampai rumah dengan menggunakan BBB saya.
*untung gak dikira penculik anak!
Back
to the topic >>>
Baik,
saya akan sedikit flashback ke masa itu, namun saya lupa kapan tepatnya itu
terjadi. Pada saat itu, saya bertugas sebagai Sie. Dokumentasi. Dengan modal
dua buah kamera digital hasil pinjeman dari Hans dan teman ma’had, dan Micro SD
8 GB yang baru saya beli pada malam sebelumnya, saya bertekad melakukan tugas
tersebut dengan baik. Kami, BEMMA, dengan jumlah personil 13 orang (namun yang
aktif hanya 7 orang), membawa sekitar 30-an peserta outbond menuju Lokasi
Wisata Rohani: Curug Naga menggunakan satu truk tronton. *katanya berangkat jam
7, ujung-ujungnya jam 8 lewat juga tuh, emang dah kebanyakan penduduk Indonesia
masih menggunakan jam karet. (-_-“)
Nb:
ikhwan 6 orang, sisanya akhwat semua, termasuk ibu-ibu dan remaja.
#infogakpenting
Setiba
di depan villa milik Polri, kami transit menggunakan mobil yang sudah ada di
sana (semacam mobil sewaan untuk menuju lokasi wisata) namun kami tidak perlu
membayar lagi, karena itu sudah termasuk fasilitas yang disediakan oleh pihak
pengelola. Melewati jalan berliku yang jauh dan cukup pas untuk satu mobil
saja, dipinggirnya jurang yang cukup dalam, serta naik-turun dan jalannya (saat
itu) masih rusak, kami merasakan sensasi tersendiri. (hehe9x. . . penasaran
ingin coba kan?? #ketawasetan >> #lebay deh saya). Akhirnya kami pun tiba
di sana dengan selamat. J #alhamdulillah
Hari
pertama kami adalah untuk beres-beres barang pribadi di tempat peristirahatan
kami di sana, tentu kami bebas memilih yang mana untuk kami tempati
(ikhwan-akhwat dipisah laaah). Lalu kami ishoma. Setelah itu, pembukaan acara,
penjelasan acara selama 2 hari kedepan, dan obrolan-obrolan lainnya sampai tak
terasa sudah sampai waktu ashar, kami sholat berjama’ah di aula yang kami
pakai. Setelah itu kami diminta para trainer untuk berkumpul di lapangan dan
melakukan pemanasan yang dipimpin oleh salah satu trainer. Sore itu kami
melakukan games-games low impact (lebih ke arah mengasah otak), hal ini cukup
penting, karena sangat membantu menyatukan anggota kelompok yang saat itu juga
baru dibentuk, bahkan mungkin ada yang baru kenal. *yaah, begitulah di ma’had,
kebanyakan mahasiswanya ‘kupu-kupu’ alias kuliah-pulang kuliah-pulang, jadi ada
saja yang baru kenal pada saat itu. Selesai itu, kami istirahat dan
bersih-bersih, serta makan makanan ringan yang disediakan oleh pengelola.
Lalu
pada saat itu saya ngapain?? Ya jeprat-jepret pake kamera digital laaah, saya
kan ‘fotografer’ pada saat itu. Ya memang ini adalah hobi saya setiap dalam
kepanitian, karena saya suka menjadi ‘mata’ dan ‘memori’ dari sebuah acara
(menurut pandangan saya, *red). Apalagi di situ ada peserta yang ‘fotogenic’
alias sedap dipandang mata, makin semangat saya jeprat-jepretnya. Uhuuuyy. . .
:p *padahal mah sedih gak bisa ikutan games (T___T)
Setelah
selesai sholat maghrib, kami istirahat atau tilawah masing-masing (waktu bebas)
sampai waktu ‘isya. Karena terlalu semangat dalam foto-foto kegiatan saat acara
berlangsung dari setiap angle dan orang-orangnya, satu kamera yang saya gunakan
daritadi lowbet (kamera digitalnya Hans), maka saya putuskan untuk men-charge
kamera tersebut di tempat istirahat kami. Kamera tersebut saya tinggal ke aula
untuk mengikuti acara selanjutnya.
Setelah
sholat ‘isya berjama’ah, seharusnya kami makan malam, namun karena suatu hal,
kami (BEMMA+peserta) malah mengadakan sharing atau tukar pikiran mengenai
kepengurusan BEMMA di ma’had selama ini, sharing session tersebut berlangsung
cukup hangat, ada yang kasih kritik, ada yang kasih saran, bahkan ada yang
kasih kecupan. #lho?? #pea #koplak *mana ada yang kasih kecupan, tamparan maut
iya kali!
Namun
karena perut lapar dan keadaan udara yang semakin dingin, sekitar satu jam
kemudian kami memutuskan untuk saatnya makan malam. J setelah makan malam, ada games lagi
(saya lupa dari pengelola atau dari BEMMA) untuk mengisi waktu luang sebelum
materi tausiyah/motivasi. Malam itu materi diisi oleh Ustd. Herdy Leonardi,
beliau merupakan salah satu pengisi di acara Radio Dakta dan sudah cukup dekat
hubungannya dengan pihak BEMMA, bahkan beliau rela dateng ke lokasi naik motor
sendirian malam-malam dari Bekasi lho. #subhanallah
Saat
itu materinya tentang kewirausahaan dan tentang rezeki. Dengan antusiasnya
peserta dan panitia mendengarkan materi, sehingga rasa dingin yang cukup
menusuk pada malam itu tidak terasa. Setelah materi, kami tidak ada muhasabah,
karena kami ingin mengikuti muhasabah yang diisi pada saat jurit malam
(termasuk fasilitas yang diberikan oleh pengelola).
Saatnya
kami beristirahat, namun beberapa pengurus BEMMA, termasuk saya, masih asik
ngobrol sama Ustd. Herdy di aula hingga larut malam. Suasana saat itu sangat
hangat, karena kami memang sudah dekat sebelumnya dengan beliau. Kami
ngobrol-ngobrol, diskusi, dan sharing hingga benar-benar lelah. Akhirnya kedua
mata ini pun tak sanggup juga, saya pamit duluan ke tempat istirahat ikhwan
untuk tidur, sekaligus ingin mencabut charger kamera digital yang tadi saya
tinggal.
Sesampainya
di tempat istirahat, saya bukannya langsung istirahat, malah saya panik
setengah hidup!! Kamera digital beserta chargernya tidak pada tempatnya!! Lalu
kemanaaa???? #panik #histeris #gakngantuklagi #gulingguling
Dengan
segera saya menghampiri teman-teman yang masih ada di aula dan menanyakan
mereka, namun sayang, mereka tidak ada yang tahu dimana barang tersebut. Begitu
pula dengan teman-teman lainnya yang sudah akan istirahat di tempatnya
masing-masing. Dalam hati saya, masa’ kameranya dicuri?? Oleh siapa?? Lalu
kenapa tas kami masih seperti dalam kondisi semula? Padahal isi tas kami ada
laptopnya. Kenapa gak sekalian aja tuh laptop diambil?? #lho? #pea
Saya
segera lari ke tempat pengelola, mungkin saja ada yang menemukan, lalu
dititipkan di sana. Saya Tanya ke semua orang yang ada pada saat itu. Bayangkan,
sekitar jam 12 malam saya malah sibuk mencari kamera yang hilang, membuat
sebagian teman-teman yang perhatian dengan saya juga ikutan panik, padahal saat
itu mereka sudah kelelahan dan ngantuk, ditambah lagi perasaan saya stress
sedih gara-gara kameranya hilang. Namun sia-sia sudah, tak ada satu pun yang
mengetahui kamera tersebut dimana. Memang pada malam itu tidak hanya rombongan
kami yang berwisata di sana, namun juga ada rombongan lain, dan juga ada anak-anak
serta penduduk setempat. Namun kemungkinan besar adalah anak-anak atau penduduk
setempat yang kebetulan saat itu lewat, karena dari rombongan lain sudah
diperiksa dan menyatakan tidak ada satu pun dari mereka yang masuk ke wilayah
kami.
Pihak
pengelola mencoba menenangkan saya dengan mengatakan mungkin besok sudah ketemu
atau ada yang mengembalikan, jika tidak, maka besok hingga minggu depan
pengelola akan mencari kamera tersebut di tempat-tempat penjualan barang-barang
bekas (second) yang masih layak pakai (bahkan bisa jadi barang-barang curian)
jika memang benar kamera tersebut dicuri oleh penduduk setempat, karena
penduduk setempat tidak membutuhkan barang seperti itu, mereka hidup dengan
sederhana, jadi kemungkinan kamera tersebut langsung dijual untuk diambil
uangnya.
Masya
Allaah, bagaimana ini?? Itu kamera pinjaman, punya Hans, chargernya juga
diambil pula, malah Micro SD 8 GB-nya baru beli kemarin malam. Sedih kalo inget
tentang ini (T___T). Bagaimana nanti saya bertanggung jawabnya ke Hans??
Padahal saya sendiri yang mengatakan pada saat sharing session tadi, “Yang kami
(panitia) inginkan adalah kalian (peserta) datang ke sini bukan hanya untuk
main-main atau menghabiskan waktu luang saja, namun juga kalian bisa membawa
‘sesuatu’ yang berharga dari acara ini. Dan kami juga menginginkan kalian bisa
tiba dan pulang dengan LENGKAP dan selamat, baik itu LENGKAP secara BARANG dan
PERLENGKAPAN, maupun jumlah orang”. Tapi ko’ malah saya sendiri yang akhirnya
pulang dengan tidak LENGKAP. (T___T)
Perasaan
saya sangat sedih, dicampur dengan adonan kaget yang telah dibumbui rasa panik,
lalu diolah dengan lelah yang dipadukan dengan stress dan kesal, sehingga
menghasilkan cita rasa NGANTUK yang sangat tinggi!
Akhirnya
saya pun tertidur juga.
TO
BE CONTINUED. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata itu menunjukan latar belakang pendidikan, mental, sosial, agama, & ekonomi seseorang #damai