Kamis, 27 Oktober 2011

Curug Naga 3


Setelah saya terbangun dari tidur saya yang cukup nyenyak, karena di dalam rumah kayu tersebut cukup hangat dan terlebih lagi pikiran saya butuh istirahat full setelah berkerja terlalu keras semenjak kejadian sebelum saya tidur, saya segera minum kacang hijau yang telah dicampur susu coklat yang tersedia di meja aula, kemudian saya ambil air wudhu untuk Qiyamul Lail berjama’ah di aula bersama teman-teman yang lain. Airnya sangat dingin, seketika itu saya tidak merasa ngantuk lagi karena menggigil kedinginan. Kami QL di aula, karena letak musholla cukup jauh dan pada saat itu rombongan lain sedang menggunakannya.

Pada saat QL, terlintas sejenak di pikiran saya tentang kamera yang hilang, namun sudahlah, saya tidak mau berkeluh kesah terus, dua hari di sini saya tidak boleh punya aura negative di dalam pikiran saya, lebih baik saya fokus pada apa yang dihadapan saya.

Bagi saya ini adalah waktu yang tepat untuk bermunajat, “ya Allah, jika memang kamera itu masih rezekiku, maka tunjukkanlah jalan yang terbaik, namun jika itu sudah bukan lagi rezekiku, maka jangan biarkan kamera tersebut digunakan untuk hal yang tidak baik”. Saat itu saya sudah pasrah atas apa yang terjadi pada kamera tersebut, jika ketemu Alhamdulillah, gak ketemu ya sudah. Toh rezeki Allah yang mengatur. Tinggal memikirkan bagaimana saya mengganti kamera tersebut kepada Hans. >> Alhamdulillah sudah tergantikan di bulan berikutnya.

Usai QL, kami menunggu trainer datang untuk memulai jurit malam. Akhirnya datang juga. . . namun sayang, trainer kami memberitahukan bahwa jurit malam ditiadakan karena cuaca yang saat itu sedang gerimis dengan intensitas yang cukup tinggi menghalangi proses berlangsungnya jurit malam, sehingga kami memiliki waktu luang lebih banyak, dan itu digunakan untuk waktu bebas saja (ada yang melanjutkan tidur, ada pula yang tilawah dulu sebelum tidur kembali). Tidak lupa juga trainer mengingatkan kami untuk menjaga barang-barang berharga kami dengan sangat ketat, jika perlu dititipkan di tempat pengelola lokasi wisata. *saya langsung titipkan tas saya yang berisi laptop ke sana, soalnya takut kehilangan lagi. :D

NEXT MORNING >>

Alhamdulillah setelah sholat shubuh berjama’ah, kami mendapatkan makanan ringan (beserta minumannya) yang cukup banyak, sehingga saya bingung apakah ini bisa disebut makanan ringan atau tidak, masalahnya saya memakannya terlalu banyak sehingga saya kenyang. #maruk Hehe9x. . . namun karena tugas saya adalah menjaga barang dan sebagai dokumenter, maka saya tidak ikut pemanasan dan olah raga pagi, saya sibuk berkutit dengan kamera digital yang tersisa. (#alhamdulillah masih ada satu kamera lagi yang tersisa). Tidak lupa jeprat-jepret pemandangan bagus. Hehe9x. . . benar-benar pemandangan yang bagus lhoo, bukan pemandangan yang laiin. . . :D #adaudangdibalikbakwan
Lapangan Sisi Kiri

Lapangan Sisi Kanan
Sebelum pemanasan, trainer mengumumkan bahwa setelah ini kami akan mulai outbond dengan air, jadi trainer mengingatkan bahwa pemanasan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dalam melakukan outbond air nanti (seperti perut keram, keseleo, dan lain-lain). Sekejap seluruh wajah para peserta dan panitia langsung semangat mendengar hal tersebut. J

Usai pemanasan, kami diberikan perlengkapan keamanan outbond oleh para trainer. Kami memakainya, dan kami sudah siap untuk mulai outbond! \(^.^)/ yyeeeeeyyyyy. . .

Jalan tanah dan batu kami turuni untuk mencapai sungai tempat kami outbond. Wuaaahh. . . segarnyaa. Kami sengaja basah-basahan untuk membiasakan tubuh dengan suhu air sungai yang cukup dingin. Tapi tak apa lah, toh mumpung masih pagi, kami masih semangat semua, lagipula jika sudah basah kami sudah tidak merasa kedinginan lagi. :D Semua peserta wajib untuk ikut outbond ini, karena nanti Jungle & River Tracking akan lebih berat seru lagi tantangannya. Tapi yaa yang namanya ibu-ibu kaan, agak repot deh kalo udah berurusan dengan outbond. Hehe9x. . .

Outbond pertama adalah ‘Waterboom’ kecil alias mengapung di aliran sungai yang pada saat itu sedang mengalir cukup besar. Lumayan asik, dan jika difoto untuk foto profil cukup keren juga. ;) Saya merasa nyaman mengalir di air sungai yang pada saat itu cukup besar, dan tidak takut sama sekali (malah narsis waktu difoto :p) karena banyak orang di sekeliling kita dan sungainya termasuk kategori aman.

Waterboom Kecil
Outbond yang kedua adalah melompat dari batu yang ketinggiannya (dari permukaan air sampai ke mata) sekitar 2,5 – 3 meter. Trainer bilang ini baru pemanasan karena nanti di dalam hutan dan curug akan lebih tinggi lagi. “waaaaaaawwww. . .” dalam hati saya sorak-sorai bergembira.
\(^.^)/ #jiwamuda.
Batu Loncatan Pertama
Dan yang paling seru setelah outbond di atas serta foto-foto bersama di sungai untuk narsis-narsis, yaitu Flying Fox dari tempat yang cukup tinggi menuju ke permukaan sungai! Waaaaaahhh. . .teman-teman, ini adalah pengalaman saya yang pertama flying fox tetapi pada akhirnya nyemplung di sungai basah-basahan. Hehe9x. . . Pasti kalian ingin merasakan sensasinya juga kan?? :D
Flying Fox ala Curug Naga
Flying Fox ala Curug Naga
Telah tiba saatnya, kami akan melakukan Jungle & River Tracking!
\(^.^)/ uhuuuyyy. . .

Kami dibagi 3 kelompok untuk melakukan ini. Satu kelompok harus ada ikhwannya, tidak boleh akhwat semua, guna melindungi akhwatnya.

Menelusuri sungai kecil, yang merupakan cabang dari sungai tempat kami outbond pertama, dari hilir ke hulu, menginjak batu-batu besar dan kecil yang terdapat pada sungai tersebut, serta merasakan sejuknya aliran air sungai tersebut, membuat kesan tersendiri untuk kami. Apalagi saya pribadi harus melayani kelompok-kelompok yang minta difotoin, mereka gak tau apa kalo saya harus bolak-balik naik-turun sungai?? Huuufftth. . . (-_-“)

Setelah sungai, kami masuk ke hutan. Menelusuri jalan yang memang masih tanah dan licin, walaupun sudah terbentuk seperti jalan, namun kami harus tetap hati-hati, bahkan jika perlu kami berpegangan pada pepohonan yang ada di samping kami. Pohon-pohon tumbuh dengan lebatnya hingga hampir menutupi cahaya matahari dari atas. Waaah, tantangan semakin ada saja, karena kami berjalan bersama para akhwat (pakaiannya longgar dan menggunakan rok lebar, *red), jadi kami agak kerepotan, hanya 4-6 orang saja yang menggunakan celana panjang. Apalagi pas kebetulan jalan sama kelompok yang mayoritas ibu-ibu. Hoho9x. . . makin rempong aja deh booo’. :D
Jalur Pertama Tracking
Hutan, sungai, hutan, sungai, hutan, sungai. Bolak-balik kami lewati itu semua. J Hingga akhirnya kami temukan jurang! Di bawahnya ada sungai mengalir tenang, namun kelihatan sangat dalam. THERE’S NO WAY OUT! Tidak ada jalan keluar lagi selain muter balik dan kembali ke tempat semula, tapi jika balik ke tempat semula sudah terlalu jauh kami berjalan dan tidak ada yang akan mengantar kembali. Para trainer memang menyetting ini untuk uji keberanian. Dan yang paling saya perhatikan adalah para ibu-ibu, mereka yang tadinya tidak mau melompat dari batu setinggi 2,5 – 3 meter, eh ternyata mereka berani untuk melompat jurang yang tingginya 5 meter karena sebuah keterpaksaan! Haha9x. . . #ketawasetan

Jadi memang itulah salah satu pelajarannya, menjadi berani dalam mengambil sebuah keputusan. J

Memang sungainya cukup dalam, tapi karena kami diberikan tali untuk menulusuri sungai tersebut dan kami juga diberikan jaket pelampung, kami dapat mengapung dan terus menelusuri sungai.

Setelah menelusuri sungai tersebut, akhirnya tibalah kami pada sebuah curug. . . J

jeng jeeeeng,, #SFX


TO BE CONTINUED. . .

nb: sebagian gambar ada yang diambil dari Syaikh Google

Curug Naga 2


Sesuai dengan janji saya pada post sebelumnya, saya akan menceritakan pengalaman saya di Curug Naga setelah kami survey ke sana. Yaaa Alhamdulillah yaa #Syahroni, sepulang dari sana saya bisa membantu dua anak SD yang sedang turun gunung untuk mengantarkan mereka pulang sampai rumah dengan menggunakan BBB saya. *untung gak dikira penculik anak!

Back to the topic >>>

Baik, saya akan sedikit flashback ke masa itu, namun saya lupa kapan tepatnya itu terjadi. Pada saat itu, saya bertugas sebagai Sie. Dokumentasi. Dengan modal dua buah kamera digital hasil pinjeman dari Hans dan teman ma’had, dan Micro SD 8 GB yang baru saya beli pada malam sebelumnya, saya bertekad melakukan tugas tersebut dengan baik. Kami, BEMMA, dengan jumlah personil 13 orang (namun yang aktif hanya 7 orang), membawa sekitar 30-an peserta outbond menuju Lokasi Wisata Rohani: Curug Naga menggunakan satu truk tronton. *katanya berangkat jam 7, ujung-ujungnya jam 8 lewat juga tuh, emang dah kebanyakan penduduk Indonesia masih menggunakan jam karet. (-_-“)

Nb: ikhwan 6 orang, sisanya akhwat semua, termasuk ibu-ibu dan remaja. #infogakpenting

Setiba di depan villa milik Polri, kami transit menggunakan mobil yang sudah ada di sana (semacam mobil sewaan untuk menuju lokasi wisata) namun kami tidak perlu membayar lagi, karena itu sudah termasuk fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola. Melewati jalan berliku yang jauh dan cukup pas untuk satu mobil saja, dipinggirnya jurang yang cukup dalam, serta naik-turun dan jalannya (saat itu) masih rusak, kami merasakan sensasi tersendiri. (hehe9x. . . penasaran ingin coba kan?? #ketawasetan >> #lebay deh saya). Akhirnya kami pun tiba di sana dengan selamat. J #alhamdulillah

Hari pertama kami adalah untuk beres-beres barang pribadi di tempat peristirahatan kami di sana, tentu kami bebas memilih yang mana untuk kami tempati (ikhwan-akhwat dipisah laaah). Lalu kami ishoma. Setelah itu, pembukaan acara, penjelasan acara selama 2 hari kedepan, dan obrolan-obrolan lainnya sampai tak terasa sudah sampai waktu ashar, kami sholat berjama’ah di aula yang kami pakai. Setelah itu kami diminta para trainer untuk berkumpul di lapangan dan melakukan pemanasan yang dipimpin oleh salah satu trainer. Sore itu kami melakukan games-games low impact (lebih ke arah mengasah otak), hal ini cukup penting, karena sangat membantu menyatukan anggota kelompok yang saat itu juga baru dibentuk, bahkan mungkin ada yang baru kenal. *yaah, begitulah di ma’had, kebanyakan mahasiswanya ‘kupu-kupu’ alias kuliah-pulang kuliah-pulang, jadi ada saja yang baru kenal pada saat itu. Selesai itu, kami istirahat dan bersih-bersih, serta makan makanan ringan yang disediakan oleh pengelola.

Lalu pada saat itu saya ngapain?? Ya jeprat-jepret pake kamera digital laaah, saya kan ‘fotografer’ pada saat itu. Ya memang ini adalah hobi saya setiap dalam kepanitian, karena saya suka menjadi ‘mata’ dan ‘memori’ dari sebuah acara (menurut pandangan saya, *red). Apalagi di situ ada peserta yang ‘fotogenic’ alias sedap dipandang mata, makin semangat saya jeprat-jepretnya. Uhuuuyy. . . :p *padahal mah sedih gak bisa ikutan games (T___T)

Setelah selesai sholat maghrib, kami istirahat atau tilawah masing-masing (waktu bebas) sampai waktu ‘isya. Karena terlalu semangat dalam foto-foto kegiatan saat acara berlangsung dari setiap angle dan orang-orangnya, satu kamera yang saya gunakan daritadi lowbet (kamera digitalnya Hans), maka saya putuskan untuk men-charge kamera tersebut di tempat istirahat kami. Kamera tersebut saya tinggal ke aula untuk mengikuti acara selanjutnya.

Setelah sholat ‘isya berjama’ah, seharusnya kami makan malam, namun karena suatu hal, kami (BEMMA+peserta) malah mengadakan sharing atau tukar pikiran mengenai kepengurusan BEMMA di ma’had selama ini, sharing session tersebut berlangsung cukup hangat, ada yang kasih kritik, ada yang kasih saran, bahkan ada yang kasih kecupan. #lho?? #pea #koplak *mana ada yang kasih kecupan, tamparan maut iya kali!

Namun karena perut lapar dan keadaan udara yang semakin dingin, sekitar satu jam kemudian kami memutuskan untuk saatnya makan malam. J setelah makan malam, ada games lagi (saya lupa dari pengelola atau dari BEMMA) untuk mengisi waktu luang sebelum materi tausiyah/motivasi. Malam itu materi diisi oleh Ustd. Herdy Leonardi, beliau merupakan salah satu pengisi di acara Radio Dakta dan sudah cukup dekat hubungannya dengan pihak BEMMA, bahkan beliau rela dateng ke lokasi naik motor sendirian malam-malam dari Bekasi lho. #subhanallah

Saat itu materinya tentang kewirausahaan dan tentang rezeki. Dengan antusiasnya peserta dan panitia mendengarkan materi, sehingga rasa dingin yang cukup menusuk pada malam itu tidak terasa. Setelah materi, kami tidak ada muhasabah, karena kami ingin mengikuti muhasabah yang diisi pada saat jurit malam (termasuk fasilitas yang diberikan oleh pengelola).

Saatnya kami beristirahat, namun beberapa pengurus BEMMA, termasuk saya, masih asik ngobrol sama Ustd. Herdy di aula hingga larut malam. Suasana saat itu sangat hangat, karena kami memang sudah dekat sebelumnya dengan beliau. Kami ngobrol-ngobrol, diskusi, dan sharing hingga benar-benar lelah. Akhirnya kedua mata ini pun tak sanggup juga, saya pamit duluan ke tempat istirahat ikhwan untuk tidur, sekaligus ingin mencabut charger kamera digital yang tadi saya tinggal.

Sesampainya di tempat istirahat, saya bukannya langsung istirahat, malah saya panik setengah hidup!! Kamera digital beserta chargernya tidak pada tempatnya!! Lalu kemanaaa???? #panik #histeris #gakngantuklagi #gulingguling

Dengan segera saya menghampiri teman-teman yang masih ada di aula dan menanyakan mereka, namun sayang, mereka tidak ada yang tahu dimana barang tersebut. Begitu pula dengan teman-teman lainnya yang sudah akan istirahat di tempatnya masing-masing. Dalam hati saya, masa’ kameranya dicuri?? Oleh siapa?? Lalu kenapa tas kami masih seperti dalam kondisi semula? Padahal isi tas kami ada laptopnya. Kenapa gak sekalian aja tuh laptop diambil?? #lho? #pea

Saya segera lari ke tempat pengelola, mungkin saja ada yang menemukan, lalu dititipkan di sana. Saya Tanya ke semua orang yang ada pada saat itu. Bayangkan, sekitar jam 12 malam saya malah sibuk mencari kamera yang hilang, membuat sebagian teman-teman yang perhatian dengan saya juga ikutan panik, padahal saat itu mereka sudah kelelahan dan ngantuk, ditambah lagi perasaan saya stress sedih gara-gara kameranya hilang. Namun sia-sia sudah, tak ada satu pun yang mengetahui kamera tersebut dimana. Memang pada malam itu tidak hanya rombongan kami yang berwisata di sana, namun juga ada rombongan lain, dan juga ada anak-anak serta penduduk setempat. Namun kemungkinan besar adalah anak-anak atau penduduk setempat yang kebetulan saat itu lewat, karena dari rombongan lain sudah diperiksa dan menyatakan tidak ada satu pun dari mereka yang masuk ke wilayah kami.

Pihak pengelola mencoba menenangkan saya dengan mengatakan mungkin besok sudah ketemu atau ada yang mengembalikan, jika tidak, maka besok hingga minggu depan pengelola akan mencari kamera tersebut di tempat-tempat penjualan barang-barang bekas (second) yang masih layak pakai (bahkan bisa jadi barang-barang curian) jika memang benar kamera tersebut dicuri oleh penduduk setempat, karena penduduk setempat tidak membutuhkan barang seperti itu, mereka hidup dengan sederhana, jadi kemungkinan kamera tersebut langsung dijual untuk diambil uangnya.

Masya Allaah, bagaimana ini?? Itu kamera pinjaman, punya Hans, chargernya juga diambil pula, malah Micro SD 8 GB-nya baru beli kemarin malam. Sedih kalo inget tentang ini (T___T). Bagaimana nanti saya bertanggung jawabnya ke Hans?? Padahal saya sendiri yang mengatakan pada saat sharing session tadi, “Yang kami (panitia) inginkan adalah kalian (peserta) datang ke sini bukan hanya untuk main-main atau menghabiskan waktu luang saja, namun juga kalian bisa membawa ‘sesuatu’ yang berharga dari acara ini. Dan kami juga menginginkan kalian bisa tiba dan pulang dengan LENGKAP dan selamat, baik itu LENGKAP secara BARANG dan PERLENGKAPAN, maupun jumlah orang”. Tapi ko’ malah saya sendiri yang akhirnya pulang dengan tidak LENGKAP. (T___T)

Perasaan saya sangat sedih, dicampur dengan adonan kaget yang telah dibumbui rasa panik, lalu diolah dengan lelah yang dipadukan dengan stress dan kesal, sehingga menghasilkan cita rasa NGANTUK yang sangat tinggi!
Akhirnya saya pun tertidur juga.

TO BE CONTINUED. . .

Rabu, 26 Oktober 2011

Curug Naga


Hari Rabu tanggal 19 Oktober 2011, kami (saya, Junio, dan Bang Putut) berangkat menuju Mega Mendung dengan keperluan survey lokasi untuk acara Quran Camp RISKA yang akan dilaksanakan insya Allah pada bulan Januari 2012 nanti. Acara tersebut selain untuk silaturahmi (menguatkan ukhuwah antar Riskader), juga untuk memperkenalkan RISKA lebih dalam, melantik anggota SDTNI 43 menjadi Riskader secara resmi, serta outbond.

Lokasi yang kami kunjungi adalah Lokasi Wisata Rohani: Curug Naga. Sebuah tempat yang saya pribadi pernah mengunjunginya bersama teman-teman dari Ma’had Al-Husnayain dan tentunya yang mengadakan adalah BEMMA (Badan Eksekutif Mahasiswa Ma’had) Al-Husnayain.Banyak kenangan pribadi di sana. Kenangan yang sangat menyenangkan, namun juga menyedihkan mengesalkan. Karena kemasannya adalah acara outbond dan silaturahmi yang dibalut suasana kekeluargaan di daerah gunung (puncak). Saat itu sangatlah besar bagi BEMMA karena bisa menyatukan teman-teman ma’had yang notabenenya memiliki kesibukan masing-masing, karena rata-rata mereka sudah memiliki keluarga ataupun sedang mencari jodoh di sana #lho? (tentunya mencari ilmu juga. Hihi9x. . .).Untuk lebih lanjut dari cerita pengalaman saya di Curug Nagaini akan saya tulis di seri-seri berikutnya dari “Curug Naga” di blog saya. :)

Lanjuuutt,, >>

Perjalanan kami mulai dri sekretariat Riska pada sekitar 07.10 WIB, lalu makan dulu di kantin SMK Jaya Wisata, sehingga kira-kira kami baru berangkat sekitar pukul 07.50 WIB. Perjalanan kami melalui Depok. Sekitar pukul 09.00 WIB kami tiba di Kabupaten Bogor, dan sampai di lokasi sekitar pukul 10.15 WIB. Waw. . . lumayan capek, ciiinn. . . secara jalanannya yang naik-turun serta masih ada jalanan yang cukup rusak, apalagi saya ke sana menggunakan motor saya yang bernama BBB (Black, Buluk, Butut) yang berarti motor tua berwarna hitam yang kotor. Hehe9x. . . dan itu pertama kalinya si BBB menyentuh bumi Mega Mendung! (akhirnya si BBB bisa juga naik gunung. #terharu hicks9x. . .)
Sesampai di sana kami bertemu dengan pengurus fasilitas & petugas dari pengelola lokasi tersebut, dan inilah hasil bincang-bincang kami. Untuk sewa tempat dan outbond di Curug Naga, yang dikelola oleh Iqra Team Adventure, terbilang cukup mahal, namun jika kita melihat keseluruhan paket yang diberikan, kita bisa berubah pikiran mengenai hal tesebut. J Paket yang diberikan oleh mereka sangatlah praktis dan tentunya memuaskan (bagi saya, karena saya pernah merasakannya). Paketnya sebagai berikut:

ü  * Mobil transit (jemput-antar)
ü  * 5 kali makan (3 kali makan besar, 2 kali makan ringan)
ü  * Outbond (Low Impact, Middle Impact, serta Jungle & River Tracking)>> seru!
ü  * Tempat (kemah kayu 2 tingkat) untuk tidur>> Junio sudah merasakannya.
ü  * Listrik *gak usah tanya tentang air, ada banyak tuh air segar (sungai) mengalir
ü  * Aula
ü  * Jurit malam dan muhasabah *jika kondisi cuaca mendukung
ü  * Musholla
ü  * Dapur, kamar mandi,& warung umum
ü  * Para trainer
ü  * Alat-alat outbondbeserta alat keamanannya
ü  * Lokasi yang sangat luas (hutan, sungai, halaman depan & curug yang menakjubkan) :) >> ini fasilitas yang terbaik!



Mereka sudah mengatur/memilih outbond-nya sedemikian rupa beserta jadwalnya, namun tidak menutup kemungkinan kita bisa menambahkan acara internal pada jadwal kita, yang penting saling kordinasi saja.

Jadi secara keseluruhan, kita sebagai panitia acara hanyalah menyediakan rundown acara internal yang ingin kita tambahkan selama dua hari tersebut berlangsung (seperti ke-Riska-an, pelantikan Riskader ’43, dan lain-lain), serta kendaraan untuk menuju lokasi (Mega Mendung), bahkan kita sebagai panitia pun bisa merasakan menjadi peserta saat acara di pegang oleh para trainer (kecuali Sie. Dokumentasi ya. Hehe9x. . .) sehingga kita bisa lebih dekat dengan para peserta (Riskader ’43). Sangat praktis dan menyenangkan, bukan? Hal ini sangat mendukung para Riskader (panitia) yang sangat amat super duper SIBUK sekali banget! Apalagi sedang ada GMR pada bulan Desembernya. Dan tentunya hal ini bisa meminimalisir biaya secara keseluruhan (untuk pesan makan puluhan peserta *mungkin untuk membawa alat masaknya juga, perlengkapan outbond, perlengkapan kemah, kendaraan transit, dan lain-lain).

Saat siang hari tiba, Junio merasa kelelahan karena dia tidak bisa tidur di sekre saat malam harinya disebabkan dia merasa kurang nyaman tidur di sekre (padahal setelah survey dia hibernasi di sekre, lagipula saat malam sebelumnya hanya main PES 2011 di PC sekre. Hadeeeehhh. . .), dan dia meminta waktu untuk istirahat, saya dan Bang Putut mempersilahkan saja. Pada saat itu pukul 11.00 waktu setempat. Saya dan Bang Putut memutuskan untuk melihat-lihat tempat-tempat yang akan digunakan selama 2 hari tersebut, namun tidak bisa semuanya, karena ada hutan dan curug yang belum bisa kami jelajahi, kami hanya jelajahi fasilitas seperti Aula, Rumah Kemah, Musholla, Lapangan, Kamar Mandi, dan Sungai (tempat Flying Fox juga). Yyeeeeeyyyy,, \(^.^)/

Seketika kami melihat air sungai yang sangat jernih, bahkan saya berani untuk meminumnya. Sudah tiga kali saya melihat hal ini karena sudah tiga kali saya ke sini (2x survey, 1x gunakan fasilitas tersebut), disertai hutan disampingnya dan batu-batu besar sungai tersebut semakin nyaman untuk dipandang oleh keempat mata ini (mata saya & mata Bang Putut). Dalam waktu singkat Bang Putut pun mengamini perkataan saya bahwa tempat ini sungguh luar biasa! Padahal kami baru saja melihat sebagian fasilitasnya saja *namun bagi saya, saya sudah merasakan keseluruhannya, hehe9x. . .

Hanya saja dia mewanti-wanti kepada saya bahwa saya harus berusaha keras untuk meyakinkan kepada Riskader lain bahwa tempat ini sangatlah bagus, karena pengalaman dia dulu survey di tempat yang bagus, namun sulit untu meyakinkan Riskader lainnya. Saya berpikir bagaimana caranya ya? Allahu ’alam, mungkin nanti mereka akan bisa saya yakini dengan cara yang Allah ridhoi.

Harganya berapa??
Saya tidak mungkin mencantumkan harga yang mereka tawarkan di blog saya ini, karena tidak etis rasanya. Bagi saya, harga yang mereka tawarkan itu pas atau sesuai dengan semua yang diberikan dan yang kita dapatkan. :) Untuk informasi harga bisa bertemu saya secara langsung, atau hubungi saya melalui kontak saya. Yang pasti, jika sewaktu-waktu harga berubah, itu bukan wewenang saya lho. . . hehe9x. . .

Saya sangat berharap bahwa acara (utama) Pelantikan Riskader ’43 haruslah sangat mengesankan, karena itulah titik tolak untuk mereka bisa merasakan kenyamanan, kekeluargaan, keseruan, dan kekuatan internal di RISKA.

Semoga blog ini bermanfaat untuk yang membaca. Salam hangat & sukses dari saya. :) Wassalam.

Selasa, 18 Oktober 2011

Taushiyah Tulus Seorang Ibu Untuk Ananda Ustadz Solmed (Copy)

Minggu, 16 Oktober 2011



Jakarta (voa-khilafah.co.cc) - Sebuah surat pembaca datang dari seorang ibu bernama Wulan Darmanto yang mengaku prihatin dengan da'i muda yang kerap tampil di televisi. Dari hatinya yang tulus, ia memberi nasihat secara tertulis, khususnya kepada Ustadz Soleh Mahmud atau yang ngetop disapa Solmed.

Tentu saja, bukan didasari rasa benci atau pun bermaksud untuk ghibah, Ibu Wulan mengharapkan para da'i muda agar memberi teladan pada umat. Dan seharusnya pula, Ustadz Solmed menerima nasihat itu dengan lapang dada, dan tidak menjadikan kritikan itu sebagai ancaman.

Adakalanya, ustad muda yang bergaya bak selebritis tidak menyadari, bahwa popularitas itu sesungguhnya adalah ujian. Boleh jadi, Ustadz Solmed merasa 'ditodong' oleh media entertainment untuk diwawancarai. Boleh saja, diwawancarai, namun satu hal, gunakan bahasa dakwah, bukan bahasa seleb. Ini adalah perangkap. Jangan sampai para da'i malah terperangkap dalam gelombang arus kapitalisme global termasuk dalam industri media televisi.   Dan hendaknya para da'i menyampaikan dakwah yang benar dimanapun berada. Katakanlah yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil. Jadilah pribadi-pribadi teladan bagi masyarakat karena keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt.


Berikut surat terbuka seorang Ibu dua anak ini yang tinggal di Pamulang kepada Ustadz Solmed:

Assalamu’alaikum, Pak Ustadz...

Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan Solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz  di televisi. Saya hanya ibu rumah tangga yang sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.

Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan. Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.

Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain. Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah  terpikat oleh pesona seorang wanita?

Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat bapak singgung.

Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita. Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah bapak ada banyak ibu-ibu seperti saya geleng kepala melihat tingkah bapak. Apalagi bolak balik bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya dengan pacaran.

Ustadz Solmed,
Sebagai ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan mahrom. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media infotainment.

Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi komoditi seperti ini. Ustadz adalah ustadz,  jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis. Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.

Ustadz Solmed,
Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya.

Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara hiburan.

Pak Ustadz,
Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh dari kefamahan terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf. Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.

Konon bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara. Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.

Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.

Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed..” yang membuat miris  siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak dan berkiblat pada bapak.

Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah dai, bukan selebriti.

Wassalammu’alaikum

sumber:


semoga ini bisa jadi pelajaran yang berharga untuk kita dan para asatidz / da'i di seluruh belahan bumi, khususnya Indonesia.
semoga senantiasa kita giat dalam saling mengingatkan serta menasehati dalam kebaikan, dan saling menasehati dala kesabaran.
Firman Allah dalam QS. Al-'Ashr [103]:
(1) Demi Masa.
(2) Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian.
(3) Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Rabu, 12 Oktober 2011

Prolog (Ketika Cinta Bertasbih)

Berikut ini merupakan kutipan dari Prolog pada novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazi. Karena menurut saya prolog ini sangat penting selain dari isi novel tersebut, maka saya tuliskan prolog Bumi Cinta di blog ini. Berikut ini merupakan prolog yang berhubungan dengan novel Ketika Cinta Bertasbih.


Bismillahirrahmaanirrahiim


Tak jauh beda dengan Ayat-Ayat Cinta, novel saya berikutnya, Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2, juga merupakan hasil saya ketika usai menadabburi firman Allah dalam QS. At-Taubah [9]: 105, yang berbunyi, "Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah & Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. . .'"


Saat menadabburi ayat di atas, saya sedang menemukan fenomena menyedihkan yang terjadi pada generas-generasi muda Islam yang sedang menempuh studi di bangku kuliah. Kebetulan saya menemukan fenomena menyedihkan itu di Solo, tempat dimana saat itu saya masih aktif mengajar di sana.


Apa fenomena menyedihkan itu?


Banyak mahasiswa Islam yang bermalas-malasan menempuh studi. Mereka tidak segera menyelesaikan studi, karena takut masa depannya suram. Mereka takut setelah lulus susah dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan sebagaimana yang mereka cita-citakan. Mereka takut jika segera lulus kuliah, maka mereka akan dituntut mandirri oleh orangtuanya, padahal mencari pekerjaan selepas bangku kuliah tidaklah mudah.


Bahkan suatu hari saya pernah bertanya kepada salah satu mahasiswa saya yang tidak lulus-lulus kuliah. Saya yakin ia tidak segera lulus bukan karena faktor kebodohan, sebab saya tahu betul dia tergolong mahasiswa pintar dengan Indeks Prestasi (IP) di atas rata-rata mahasiswa pada umumnya. Ya, saya tanyakan kepadanya, kenapa ia tidak segera merampungkan kuliahnya? Dengan enteng ia menjawab, "Enakan jadi mahasiswa, Ustadz, ndak ada beban moral kalau masih pengangguran. Lain jika sudah lulus, malu, Ustadz, kalau masih menganggur."


Jadi, karena itulah kemudian mereka memutuskan untuk menunda kelulusan, sampai batas akhir yang ditentukan universitas tempat mereka belajar. Saya sedih melihat fenomena ini. Mau dibawa kemana bangsa ini jika generasi mudanya bermental "tempe" seperti itu? Jerit saya dalam hati.


tidak sepatutnya generasi muda Islam loyo dan tak bersemangat hidup seperti itu. Padahal Islam dengan sangat indah mengajarkan kepada kita agar bekerja dan beramal karena Allah. Bekerja apa saja asalkan hala dan diridhai Allah. Islam tak pernah mengenal istilah pengangguran, sebagaimanaAllah perintahkan dalam surat At-Taubah di atas.


Karena itulah, kemudian saya lahirkan tokoh Khairul Azzam dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2. Azzam adalah tokoh rekaan yang saya tiupkan ruh surat At-Taubah ayat 105 di atas. Semangat hidupnya yang menyala-nyala. Tak kenal kata putus asa meskipun saat masih kuliah di bangku awal Universitas Al Azhar, Mesir, ayahnya meninggal dunia, dan sebagai anak sulung yang masih memiliki adik-adik kecil, selepas wafatnya sang ayah, tentu ia harus mengambil tanggung jawab, menggantikan kedudukan sang ayah.


Toh begitu berat tanggung jawab yang harus ia pikul, Azzam tetap pantang mundur. Semangatnya terus membara. Ia putar otaknya berkali-kali, bagaimana agar adik-adiknya sukses, dan kuliahnya di Universitas Al Azhar tidak putus di tengah jalan. Azzam mengambil keputusan yang mulia dan berani. Ia tetap kuliah sambil berwirausaha; jualan tempe dan bakso. Ia tidak perlu malu untuk itu, sebab ia yakin Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman akan melihat usahanya.


Benar. Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman melihat jerih payah Azzam. Seluruh adiknya yang dibiayainya dari hasil jualan tempe dan bakso di Cairo, sukses dan berprestasi semua. Si Husna, menjadi cerpenis nasional dan psikolog yang kesohor. Si Lia menjadi pengajar yang sukses. Si kecil Sarah, sudah hampir menghatamkan hafalan Al-Qurannya di sebuah pesantren Tahfidzul Quran di Kudus.


Dan Azzam sendiri akhirnya lulus dari Universitas Al Azhar dengan predikat memuaskan, meskipun ia tempuh dalam waktu lama karena sambil berjualan bakso dan tempe, demi membiayai hidup dan pendidikan kelluarganya di Indonesia.


Lewat tokoh Azzam saya ingin mengajak seluruh generasi muda Indonesia pada umumya, dan generasi muda Islam khususnya, agar tidak takut menghadapi kehidupan. Dan Azzam adalah contohnya. Contoh anak muda Islam yang mengamalkan dan menghayati betul perintah Allah dalam QS. At-Taubah di atas.


_Habiburrahman El Shirazi_